Seorang ahli perbankan utusan IMF warga Amerika datang berkunjung ke Jakarta. Habibie yang menerimanya
mengajak berkunjung ke sebuah bank milik pemerintah. Dengan bangga Habibie mengajak tamunya berkeliling
meninjau keadaan kantor. Utusan IMF itu lantas tercengang-cengang melihat di sejumlah ruangan
balok-balok emas bergeletakan begitu saja, tanpa penjagaan.
"Hal seperti ini tak mungkin terjadi di Amerika. Pantas cadangan kekayaan negeri Anda tipis," kata tamu
dari Amerika kepada Habibie. "Di Amerika, emas merupakan cadangan negara yang disimpan dan dijaga
ketat."
"Ya, itulah bedanya. Sebab Amerika adalah negara kapitalis", sahut Habibie tak mau kalah. "Di negeri
Pancasila seperti kami, kapital adalah sumberdaya manusia dan tenaga kerja. Jadi manusialah yang kami
jaga ketat!"
mengajak berkunjung ke sebuah bank milik pemerintah. Dengan bangga Habibie mengajak tamunya berkeliling
meninjau keadaan kantor. Utusan IMF itu lantas tercengang-cengang melihat di sejumlah ruangan
balok-balok emas bergeletakan begitu saja, tanpa penjagaan.
"Hal seperti ini tak mungkin terjadi di Amerika. Pantas cadangan kekayaan negeri Anda tipis," kata tamu
dari Amerika kepada Habibie. "Di Amerika, emas merupakan cadangan negara yang disimpan dan dijaga
ketat."
"Ya, itulah bedanya. Sebab Amerika adalah negara kapitalis", sahut Habibie tak mau kalah. "Di negeri
Pancasila seperti kami, kapital adalah sumberdaya manusia dan tenaga kerja. Jadi manusialah yang kami
jaga ketat!"
No comments:
Post a Comment