Konon dua orang pendaki dalam perjalannya menuju puncak merapi mengalami gradasi stamina dengan ketersediaan perbekalan yang semakin menyusut, maka mau tak mau mereka harus mendapatkan makanan alami sebelum sampai ke pos 3.
Untunglah mereka menemukan sepetak ladang yang ditanami tanaman jagung dan untungnya pula waktu itu adalah musim panen. Kondisi ini tidak mereka sia-siakan, tanpa menaruh curiga mereka memetik beberapa buah jagung yang telah matang.
Saat sedang menikmati acara pemetikan tiba-tiba mereka dikejutkan oleh suara seorang nenek di luar gubugnya yang gelap.
"Le, ngapain kamu?", nenek itu bertanya setengah membentak, karuan saja kedua pendaki tersebut kaget bukan kepalang, mereka kira mak lampir seperti di tv.
Lantas salah seorang dari mereka menjawab,
"Nganu nek, kami minta jagung, boleh ngga?"
"Boleh aja tapi ada syaratnya", nenek tersebut langsung menimpali dengan nada yang agak senang.
"Apa itu, nek?" tanya mereka, lantas nenek tersebut meminta salah seorang dari mereka sebutlah joni untuk masuk ke gubugnya, sementara si Bejo nunggu di luar.
Di dalam gubug terjadi nego, mereka boleh mengambil jagung sepuasnya asal joni mau melayani nafsu liar si nenek yang telah lama terpendam. Singkat cerita joni mengiyakan keinginan dengan berat hati, dalam kondisi gelap tentu saja mereka tidak melihat satu sama lain. dan terjadilah adegan yang tidak pernah terbayangkan.
"Jon, kamu ngapain sih?" tanya si bejo,
"Nganu lagi mbakar jagung" jawab joni. Sesaat kemudian,
"Jo, terima nih jagung bakarnya" minta joni kepada si bejo.
Dengan tangkas si bejo menangkap sekaligus menikmatinya tanpa basa-basi.
"Jon, kamu bawa margarin ya, rasanya kok asin, enak lo" tanya bejo kepada joni, joni hanya mengiyakan.
Setelah selesai memenuhi nafsu si nenek, mereka pun melanjutkan pendakiannya, lalu joni bercerita kalau di dalam gubug tadi ia disuruh begituan sama si nenek, tapi joni malah memasukkan jagung yang dimakan bejo ke "iyu"-nya si nenek, karuan aja bejo...
No comments:
Post a Comment