Satu hari, ketika Pak Wisnu baru pulang dari kantor, ia melihat istrinya sedang menangis tersedu-sedu.
"Kenapa menangis, Ma?" katanya.
"Itu Pa," kata Bu Wisnu sesenggukan, "Mama tadi kan coba-coba masak ayam panggang buat papa. Nah... setelah jadi dan mau dihias, tiba-tiba ada telepon bunyi, tapi setelah mama menjawabnya dan kembali lagi ke dapur ... ternyata ... ternyata ... ayamnya sudah hilang dicuri kucing, Pa!"
"Sudah, nggak apa-apa, Ma ...," kata Pak Wisnu mencoba menghibur isterinya,
"Jangan nangis lagi, besok kita bawa kucingnya ke dokter hewan!"
Jodoh Untuk Klething Kuning
Seorang janda, Mbok Rondho Dadapan namanya, bingung mencarikan jodoh untuk anak gadisnya yang semata wayang, Klething Kuning namanya.
"Nduk anakku yang cantik, mengapa engkau menolak semua lamaran pemuda- pemuda di seluruh desa ini. Apakah mereka kurang tampan untukmu?", tanya sang ibu kepada Klething Kuning yang tidak kunjung bicara.
"Nduk, cah ayu! Sebenarnya, pria seperti apa yang engkau kehendaki?" rayu sang ibu, "si Ande-ande Lumut kau tolak, si Gembus kau tolak, si Bedun pun kau tolak? Pria seperti apa yang kau cari itu Nduk, anakku?"
Akhirnya, si Klething Kuning pun angkat bicara, "Mbok, saya ingin menikah dengan seorang pria yang gagah, hitam manis, macho, berbulu lebat, berkumis dan berjonggot tebal. Selain itu, saya tidak mau, Mbok! Tidak mau!!"
Dengan perasaan kesal, Mbok Rondho Dadapan berteriak mamanggil, "Blacky! Blacky! Blacky!"
"Kenapa menangis, Ma?" katanya.
"Itu Pa," kata Bu Wisnu sesenggukan, "Mama tadi kan coba-coba masak ayam panggang buat papa. Nah... setelah jadi dan mau dihias, tiba-tiba ada telepon bunyi, tapi setelah mama menjawabnya dan kembali lagi ke dapur ... ternyata ... ternyata ... ayamnya sudah hilang dicuri kucing, Pa!"
"Sudah, nggak apa-apa, Ma ...," kata Pak Wisnu mencoba menghibur isterinya,
"Jangan nangis lagi, besok kita bawa kucingnya ke dokter hewan!"
Jodoh Untuk Klething Kuning
Seorang janda, Mbok Rondho Dadapan namanya, bingung mencarikan jodoh untuk anak gadisnya yang semata wayang, Klething Kuning namanya.
"Nduk anakku yang cantik, mengapa engkau menolak semua lamaran pemuda- pemuda di seluruh desa ini. Apakah mereka kurang tampan untukmu?", tanya sang ibu kepada Klething Kuning yang tidak kunjung bicara.
"Nduk, cah ayu! Sebenarnya, pria seperti apa yang engkau kehendaki?" rayu sang ibu, "si Ande-ande Lumut kau tolak, si Gembus kau tolak, si Bedun pun kau tolak? Pria seperti apa yang kau cari itu Nduk, anakku?"
Akhirnya, si Klething Kuning pun angkat bicara, "Mbok, saya ingin menikah dengan seorang pria yang gagah, hitam manis, macho, berbulu lebat, berkumis dan berjonggot tebal. Selain itu, saya tidak mau, Mbok! Tidak mau!!"
Dengan perasaan kesal, Mbok Rondho Dadapan berteriak mamanggil, "Blacky! Blacky! Blacky!"
No comments:
Post a Comment