Suatu hari di Pasar Karang Pilang, daerah Surabaya Selatan terjadi
transaksi bisnis antara Tukang Becak dengan wanita setengah baya yang
akan pulang ke rumahnya, rupanya ibu ini merasa keberatan dengan
belanjaanya yang baru saja dibelinya dari pasar, lalu mencoba
bernegosiasi ke tukang becak dengan aksen khas surabaya-nya.
Wanita : Cak!...antarno aku nang cide e jembatan sepanjang ...yo?(Bang, Antarkan saya ke dekat jembatan sempajang yach?)
Tukang Becak : engge monggo...(ya Silakan)
Wanita : Pinten Cak ? (Berapa Bang?)
Tukang Becak : sampun, gangsal atus mawon ( Sudah 500 saja)
Karena menurut wanita ini ongkos 500 terlalu mahal, lalu dia mencoba
berargumen,
Wanita : larangnge cak ? wong ketok ngunuloh cak...cak, wis telungatus ae (Mahalnya Bang ? Kan kelihatan bang? sudah, 300 saja)
Merasa dilecehkan/kurang dihargai, tukang becak ini tidak mau ngalah,
Tukang Becak : Bulan ya ketok bu...bu (Bulan juga Kelihatan bu)
No comments:
Post a Comment