Steven, si dokter muda, baru saja kelar PTT di daerah terpencil di Yahukimo Papua. Sekarang ia baru boleh buka praktek untuk umum. Betapa senangnya Steven menjalani hari pertamanya sebagai dokter umum.
Sekretarisnya, Mona, memberitahu bahwa ada seorang laki-laki ingin menemuinya. "Asyik, pasien pertamaku!" teriak batin
Steven. Ia pun meminta sekretarisnya mempersilakan laki-laki itu masuk. Steven pun pura-pura sibuk. Ia mengangkat telpon dan pura-pura sedang online.
"Ya, benar sekali. Ongkosnya 200 ribu. Ya, saya tunggu Anda pukul 4 sore nanti. Oke. Jangan telat, saya sibuk sekali," kata Steven pura-pura bikin janji dengan pasien di ujung telepon.
Ia kemudian meletakkan gagang telepon dan menatap laki-laki yang duduk di hadapannya.
"Maaf, saya membuat Bapak nunggu lama. Apa keluhan Bapak?" tanya Steven berwibawa.
"Ah, nggak ada yang sakit, kok, Dok," kata laki-laki itu.
"Saya petugas Telkom yang mau pasang telepon."
Sekretarisnya, Mona, memberitahu bahwa ada seorang laki-laki ingin menemuinya. "Asyik, pasien pertamaku!" teriak batin
Steven. Ia pun meminta sekretarisnya mempersilakan laki-laki itu masuk. Steven pun pura-pura sibuk. Ia mengangkat telpon dan pura-pura sedang online.
"Ya, benar sekali. Ongkosnya 200 ribu. Ya, saya tunggu Anda pukul 4 sore nanti. Oke. Jangan telat, saya sibuk sekali," kata Steven pura-pura bikin janji dengan pasien di ujung telepon.
Ia kemudian meletakkan gagang telepon dan menatap laki-laki yang duduk di hadapannya.
"Maaf, saya membuat Bapak nunggu lama. Apa keluhan Bapak?" tanya Steven berwibawa.
"Ah, nggak ada yang sakit, kok, Dok," kata laki-laki itu.
"Saya petugas Telkom yang mau pasang telepon."
No comments:
Post a Comment